Kamis, 29 Mei 2014

Rhoma Irama: Ini Cuma Masalah Kecil

http://portal.cbn.net.id/cbprtl/common/ptofriend.aspx?x=general&y=cybernews%7C0%7C0%7C4%7C1373

   
Rhoma Irama: Ini Cuma Masalah Kecil
general Mon, 05 May 2003 13:35:00 WIB
Jakarta - Ia turun dari mobil Grand Cherokee B 1223 NU. Tiga kancing bagian atas baju hitamnya dibiarkan terbuka, rambut ikalnya ditutup oleh peci putih. Ketika dia memasuki ruangan, tangan kanannya yang menggenggam tasbih batu onyx hijau, diacungkan ke udara sambil berseru,"Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!" Begitu Rhoma Irama, 55 tahun, menyapa kerabatnya di kediaman KH Zainuddin MZ, Selasa malam, pekan lalu.

Aroma religi mengiringi aktivitas harian maupun aksi panggung pria yang bernama asli Oma Irama itu. Pada 13 Oktober 1973, ia mendirikan kelompok musik Soneta Grup, dengan semboyan "Voice of Moslem". Pada 1975, usai menunaikan ibadah haji, ia menambahkan akronim dari kata Raden Haji di depan namanya, menjadi Rhoma Irama.

Dalam Soneta, Rhoma menerapkan aturan yang cukup keras untuk hal-hal yang berhubungan dengan moralitas; dilarang menjamah minuman keras, ganja, narkotika, dilarang berbuat mesum, dan harus melaksanakan salat.

Anak kedua dari pasangan Raden Burhan Anggawirya dan Tuti Juariah itu kemudian menempatkan lagu-lagunya sebagai materi dakwah. "Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan otoritasmu, dengan tanganmu. Tetapi kalau kamu tidak mampu/tidak memiliki otoritas; cegahlah dengan ucapanmu, dengan lisanmu," begitu Rhoma mengutip sebuah hadis Nabi Muhammad SAW.

Dalil tersebut, digunakan Rhoma untuk meredam aksi goyangan Inul Daratista, Anisa Bahar dan Uut Permatasari yang, menurut dia, sudah meresahkan masyarakat. Sensualitas dan erotisme adalah kata-kata yang dipilihnya untuk menggambarkan ekspresi panggung yang diusung ketiga biduan itu.

Otoritas seperti termaksud dalam hadis yang dikutip Rhoma, berhubungan dengan posisinya sebagai Ketua Umum Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI), sejak lembaga itu berdiri 1982 hingga kini. Inul sendiri tercatat sebagai anggota PAMMI Jawa Timur sejak 1992.

Rhoma juga melontarkan pernyataan ke media massa untuk "menyadarkan" Inul yang dalam persepsinya sudah menjadikan musik dangdut sebagai musik comberan --lantaran goyang ngebor-nya itu. Itu dianggapnya kontraproduktif dengan platform perjuangan PAMMI yang hendak mengangkat harkat musik dangdut ke tempat yang lebih terhormat. "Saya hanya mewakili keresahan artis dan musisi dangdut yang tergabung dalam PAMMI pada khususnya, dan umat Islam pada umumnya." ujar Rhoma kepada GATRA.

Tapi, teguran Rhoma terhadap Inul berbuah polemik. Dukungan yang diberikan kepada biduanita asal Pasuruan itu, membuat hari-hari Rhoma dalam dua pekan terakhir disibukkan untuk berbagai macam upaya klarifikasi.

Selasa malam pekan lalu itu, misalnya, Rhoma berbicara di Forum Silaturrahmi Ulama se-Jabotabek di kediaman KH Zainuddin MZ, di bilangan Gandaria, Jakarta Selatan. Esok petangnya, musisi yang sempat bercita-cita menjadi hakim ini tampil di Metro TV. Malam harinya, ia juga muncul di SCTV. Terakhir, Jumat malam pekan lalu, Rhoma masih menyempatkan diri ngobrol-ngobrol dengan Abdurrahman "Gus Dur" Wahid di Gedung PBNU, juga tentang Inul.

Di antara kesibukannya itu, wartawan GATRA, Bambang Sulistiyo, mewawancari musisi yang oleh sosiolog Amerika Serikat, William H. Frederick disebut telah melakukan revolusi dalam dunia musik Indonesia (Rhoma Irama and The Dangdut Style: Aspect of Contemporary Indonesia Popular Culture, 1985). Berikut petikannya:

Apa sebenarnya inti dari materi klarifikasi Anda? 

Selama ini saya melihat ada pemutarbalikan fakta, baik di media massa elektronik maupun cetak. Seakan-akan saya memasung kreatifitas, mendzalimi Inul, dan meminta Inul untuk bertaubat kepada saya, bukan kepada Allah. Pemutarbalikan fakta ini menciptakan opini yang menyesatkan di tengah masyarakat.

Bagaimana perkembangan polemik tersebut?

Saya katakan, persoalan Inul sudah selesai. Inul sudah meminta maaf kepada saya selaku pimpinan organisasi PAMMI. Tidak perlu lagi dibesar-besarkan. Ini 'kan cuma masalah kecil. Masih banyak masalah-masalah yang harus kita selesaikan sebagai bangsa. Masalah Aceh, krisis ekonomi, rakyat kelaparan. Masalah Inul urusan organisasi PAMMI. Jangan diintervensi atau dicampurtangani.

Betulkah Anda memobilisasi dukungan para ulama dengan menggelar pertemuan di kediaman KH Zainuddin MZ? 

Oh, tidak. Ini suatu spontanitas. Mereka juga merespon persoalan ini. Mereka melihat, seorang yang mau memperbaiki moral, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar di bidangnya, kok tiba-tiba dipermasalahkan. Ini yang mengundang concern para ulama.

Sikap Anda terhadap kelompok-kelompok pendukung Inul?

Saya imbau kepada semuanya, jangan sampai mau diadudomba oleh pihak-pihak tertentu dengan alasan yang tidak jelas. Bahwa saya menzalimi Inul, itu provokasi, dusta, fitnah. Masak saya zalim dan memukul Inul dengan gelas? Oleh karena itu, sebaiknya Inul-nya saja yang kita konfrontir terhadap fitnah-fitnah yang ditujukan kepada saya. Saya siap bertemu dengan Inul.

Anda merasa memberangus hak Inul untuk berkreasi? 

Hak untuk berkreatifitas adalah hak asasi. Tetapi ada kewajiban asasi pada saat kreatifitas itu mengganggu ketenteraman masyarakat lain.

Itu sebabnya Anda mencekal Inul untuk tampil di televisi? 

Tidak. Memangnya saya menteri penerangan sehingga melarang orang untuk tampil di televisi? Yang saya lakukan adalah menyampaikan aspirasi masyarakat Islam agar televisi tidak menayangkan erotisme dan sensualitas seperti acara "Duet Maut" di SCTV itu.

Apakah alasan pencekalan itu dilatarbelakangi oleh ulah penonton dangdut yang lebih mengelu-elu kan Inul ketimbang Anda sendiri sebagai Raja Dangdut? 

Tidak benar itu. Masya Allah, untuk apa saya menyerukan kebenaran dengan motif yang sangat pribadi seperti itu? Bahwa akibat "Inulisasi", maka penggemar dangdut mendatangi pentas dangdut tidak untuk mengapresiasi musik dangdut dan kemerduan suara penyanyinya; gejala itu sudah kita temukan bersama. Sejak Inulisasi merebak, orang datang ke pentas dangdut untuk memuaskan syahwat dan berahi mereka. Sehingga, jika seorang penyanyi tidak bergoyang erotis dan sensual seperti Inul, mereka akan memintanya turun dari panggung. Ini 'kan tidak benar.

Lantas Anda menghimbau kepada para musisi untuk tidak mendampingi Inul? 

Ini adalah aspirasi dari bawah, wujud keresahan masyarakat dangdut. Masyarakat dangdut merasa dilecehkan. Sekarang bayangkan, jika dalam sebuah acara dangdut, musisinya, penyanyinya tidak dihargai; yang dihargai adalah sensualitas dan erotisme; kan hal itu membuat para musisi dan praktisi dangdut menjadi tertekan. Mereka berontak untuk tidak mentolelir erotisme dan sensualitas; makanya mereka bertekad untuk memboikot --bukan cuma Inul, tetapi siapa pun-- yang merusak citra musik dangdut.

Camelia Malik, Elvy Sukaesih dan penyanyi lainnya juga dikenal dengan goyangannya yang yahud, tapi Anda tidak bersikap keras?

Betul. Karena mereka goyang dangdut dengan goyangan yang indah, yang bisa dinikmati dan berhubungan dengan musikalitas; dalam batas-batas yang artistik dan estetik. Sedangkan goyang Inul adalah goyang erotis, goyang mesum seperti juga goyangnya Anisa Bahar dan lainnya.

Bagaimana cara mengukur sebuah goyang merangsang berahi orang atau tidak? 

Elvy Sukaesih, Camelia Malik dan lain-lain, berpuluh-puluh tahun goyang di panggung dangdut. Tidak pernah ada keresahan, protes, bahkan tidak pernah ada perkosaan. Tapi mengapa ada orang yang mengatakan bahwa setelah menonton VCD Inul maka dia memperkosa orang?

Darimana Anda tahu ada kasus perkosaan akibat VCD Inul? 

Terakhir saya baca di media massa, bahwa di Surabaya, seorang kakek berusia 60 tahun, memperkosa anak kecil setelah menonton VCD Inul.

Anda pernah menonton VCD Inul? 

Saya pernah melihat VCD Inul saat tampil di RCTI. Adegannya, pemain gitar di bawah, dan dia di atasnya; lantas dia menggoyang-goyangkan pantatnya sedemikian rupa, seperti memindahkan adegan ranjang ke atas pentas. Dan itu ditayangkan di TV.

Bukankah belakang penampilan Inul sudah lebih tertutup dan goyangannya sudah tidak seperti dulu lagi? 

Coba Anda lihat di "Duet Maut". Sasaran saya memang ke acara ini. Seperti edisi yang menampilkan Inul dan Anisa. Coba lihat, apakah itu sensual atau goyang yang indah?

Bagaimana tentang fatwa haram yang Anda lontarkan? 

Haram dalam konteks bahasa berarti dilarang. Sedangkan halal artinya diperbolehkan. Kalau saya katakan, "Saya haramkan lagu saya kamu nyanyikan", itu 'kan artinya saya larang; bukan haram dalam pengertian agama.

Gerakan PAMMI seperti yang diberlakukan terhadap Inul akan menjadi agenda tetap?

Ya. Misalnya dengan cara memboikot setiap artis dangdut daerah --tentu saja setelah terlebih dahulu berusaha menyadarkan mereka -- yang masih menggunakan praktik-praktik erotis dan sensual di panggung. Seperti Selasa malam (28 April --Red) di Jawa Timur, kita kumpulkan semua musisi dan penyanyi dangdut di sana, kita beri pengarahan agar tidak erotis, sensual dan mesum di atas pentas.

Mengapa Anda pilih Jawa Timur sebagai proyek penertiban pertama? 

Karena basis erotisme, sensualitas dan Inulisasi musik dangdut itu asalnya dari Jawa Timur. Jadi, pengaruhnya paling marak di Jawa Timur. Dan alhamdulillah, seluruh musisi dangdut dan majelis ulama Jawa Timur mendukung hal itu.

Anda serius untuk mengajak Inul tampil bersama? 

SCTV sudah merencanakan itu. Mereka menawarkan kepada saya untuk tampil bersama Inul saat Inul sudah tidak tampil erotis lagi. Saya bilang, anytime. Dan itu justru perlu dibuat untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kita punya komitmen yang sama untuk menjaga citra musik dangdut.
Sumber: detikcom

1 komentar: